
Fenomena Crop Circle muncul di persawahan di dusun Krasakan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (23/1). Menurut komunitas penggiat UFO UFONESIA, Crop Circle adalah sebuah pola geometris yang dibentuk oleh pesawat luar angkasa dan dilakukan tanpa mendaratkannya
Jakarta - Fenomena misterius berupa lambang 'UFO' di Sleman, Yogyakarta, juga terjadi di belahan bumi lainnya. Di negara-negara Eropa fenomena ini dikenal sebagai crop circle, misteri pembentukannya hingga kini belum terpecahkan.
Berdasarkan penelusuran detikcom dari berbagai sumber di blogspot.com, crop circle merupakan fenomena alam yang kerap dijumpai. Sudah hampir 350 tahun semenjak kemunculan perdana di Inggris pada tahun 1647, sampai sekarang cara pembentukannya masih misterius.
Crop circle adalah suatu bentuk lingkaran dan bentuk bentuk lain seperti geometri yang sebagian besar berukuran cukup besar, biasanya terbentuk di ladang pertanian. Di Inggris, Amerika, Jepang, dan Australia kerap ditemukan fenomena ini.
Bentuknya pun beragam, dari mulai lingkaran sederhana hingga bentuk geometris yang sangat kompleks. Beberapa diantaranya bahkan berbentuk citra flora dan fauna yang unik dan menunjukkan bahwa pembuatnya adalah makhluk yang cerdas.
Sebuah video yang berhasil merekam proses terjadinya sebuah crop circle di oliver’s castle pada tahun 1996, menunjukkan bahwa sebuah crop circle berukuran besar terbentuk dalam waktu hanya sekitar 20 detik.
Banyak spekulasi mengenai peroses terbentuknya crop circle. Ada yang beranggapan fenomena tersebut rekayasa manusia, tapi ada pula yang beranggapan murni dari proses gejala alam. Namun hingga kini belum ada kesimpulan atas sebab terjadinya fenomena tersebut.
Sebelumnya diberitakan, warga Sleman, Yogyakarta, dihebohkan oleh tanda misterius di persawahan yang muncul usai angin kencang. Warga setempat meyakini tanda yang berbentuk lingkaran raksasa tersebut sebagai pendaratan pesawat 'UFO' dari planet lain.
Lambang tersebut berbentuk lingkaran berdiameter 70 meter. Di tengah lingkaran raksasa tersebut terdapat lambang misterius. Tanda tersebut dibentuk oleh hamparan padi yang rebah setelah angin kencang tersebut.
Pihak Kepolisian pun membenarkan munculnya lambang misterius 'UFO' tersebut. Polisi bahkan sudah mengabadikan peristiwa langka tersebut.
Diameter Crop Circle Sleman Capai 25 Meter Lebih
TEMPO Interaktif, Yogyakarta -Tim identifikasi Kepolisian Resor Sleman melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di lokasi sawah yang ada crop circle di Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (26/1).
"Saat olah TKP sudah banyak jejak karena sudah ada penelitian dari Lapan dan Bapeten serta jejak kaki pemilik sawah," kata Inspektur Satu Hari Widiatmo, Tim dari Unit Identifikasi Kepolisian Resor Sleman, Rabu (26/1).
Menurut Hari, dari penelitian itu, diameter lingkaran crop circle paling besar mencapai 25,70 meter. Sedangkan lingkaran besar kedua berdiameter sekitar 22 meter. Dalam lingkaran besar kedua ini, kata Hari, ada bentuk menyerupai belimbing yang bersatu garisnya dan membentuk lingkaran.
Sedangkan lingkaran paling kecil berdiameter 2,70 meter. Padi yang roboh, kata Hari, semuanya searah jarum jam.
Selain itu, kata Hari, juga ditemukan padi yang tak roboh. Padi ini berada di dekat patok beton milik Pertamina, karena di sekitar sawah ada pipa milik Pertamina.
"Kami masih akan mengolah temuan di olah TKP, nanti akan kami olah dan teliti lebih jauh lagi," kata Hari.
Tim identifikasi dari Kepolisian Resor Sleman terdiri dari tiga orang yaitu Inspektur Satu Hari Widiatmo, Brigadir Satu Heru Prabowo, Brigadir Satu Marsihono dan satu petugas kepolisian dari unit Provos yang mengawal tim.
Kemarin, Tim LAPAN juga melakukan hasil penelitian. Dari temuannya, LAPAN menyimpulkan crop circle itu buatan manusia. (Baca: 6 Bukti UFO Sleman Bikinan Manusia Versi LAPAN)
10 Kejanggalan di Balik Crop Circle Sleman
1. Ada penduduk sekitar yang memberi kesaksian mendengar suara gemuruh. Coba simak logika saya ini: Mengapa kesaksian suara tersebut hanya oleh satu dua orang?
Ingat bahwa kejadian pada area sawah di perkampungan yang terbilang tidak sepi penduduk. Jadi bila ada suara gemuruh di lokasi pasti akan banyak yang mendengarnya, bukan hanya satu dua orang.
Apalagi ini terjadi di malam hari yang logikanya pasti sangat hening, suara motor di kejauhan saja bisa terdengar apalagi gemuruh UFO dengan diameter sebesar itu.
2. Ada yang mengakui melihat CC tersebut setelah angin puting beliung, tapi analisa telematika pada gambar seputar CC tidak ada ciri yang mencerminkan bekas angin puting beliung.
3. Apabila CC dilakukan oleh Alien dan ternyata tidak pernah mendarat (berdasarkan teori 1 dan 2 di atas) berarti satu-satunya kemungkinan (kalau ini dianggap dilakukan oleh Alien) adalah pencitraan gambar terhadap padi tersebut dilakukan dari jauh di atas sana (via laser dan sejenis). Tetapi itu hanya mungkin bila tanaman yang rubuh atau tanah di bawahnya gosong atau setidaknya ada sedikit kehangusan.
Ternyata atas bukti lapangan (oleh rekan saya yang ada di sana, dia kabari saya via Facebook) tidak ada perbedaan suhu antara tanaman yang rubuh dengan yang berdiri.
4. Bukti secara Telematika lainnya, dari berbagai tayangan video dan gambar jelas terlihat rubuhnya tanaman tersebut secara tertekuk ke satu arah. Bukan tertekan dari atas, padahal selayaknya kalau terinjak benda dari arah atas pasti rubuh tidak beraturan dan patah-patah.
5. Dari bukti video-video di YouTube yang saya sharing kemarin jelas terlihat begitu mudah membuat CC, perangkatnya pun sangat amat sederhana (bilah kayu, tali, tiang pancang dan meteran panjang, tidak lebih dari 4 alat itu sudah cukup).
CC buatan manusia dengan alat sederhana ini gampang dicirikan yaitu hasilnya yang tidak jauh dari:
a. Unsur lingkaran (mudah dibuat seperti membuat lingkaran pakai Jangka)
b. Unsur garis (lebih mudah lagi karena cukup merentang tali lalu menginjak padi sejajar tali)
c. Unsur segitiga (masih mudah, toh garis adalah bagian dari segitiga bukan?)
d. Unsur busur (mudah juga, toh itu bagian dari lingkaran bukan?)
6. Dalam hal bentuknya, CC di Sleman konon suatu bentuk Muladhara Chakra, bila itu benar, kalau kita perhatikan ciri Muladhara Chakra ternyata semua terdiri dari bentuk yang saya utarakan pada butir 4, dengan demikian menggunakan cara dan alat di atas mudah membuatnya bukan?
7. Ada yang menyanggah analisa saya --thanks for that, katanya untuk membuat gambar di tengah sawah bagaimana pelaku masuk ke tengah tanpa merusak sawahnya? Jawaban saya: Coba perhatikan dengan seksama gambar tersebut, antara satu obyek dengan yang lain pasti ada pematang yang menyambungnya bukan?
Saat tidak ingin merusak areal maka Pelaku mungkin saja berpindah tempat melalui pematang tersebut (itu yang dilakukan pada contoh video yang sudah saya berikan sebelum ini). Lagi pula bila kita melangkah bukan dengan cara menginjak padi maka padi-padi itu tidak akan patah.
8. Beberapa pihak berlogika bila benar oleh manusia, bagaimana membuat CC hanya dalam satu malam dan di malam hari? Teorinya seperti berikut:
a. Dengan bentuk yang sederhana, tentu mudah apabila dilakukan oleh sekitar minimal 4 orang.
b. Ingat bahwa desa sangat sedikit penerang, itu justru sangat menguntungkan dalam pekerjaan ini karena dengan gelap malam di tempat terbuka maka dalam beberapa menit saja mata kita sudah bisa menyesuaikan dengan gelapnya malam sehingga bisa melihat dalam gelap dan tanpa senter. Saya tahu ini saat latihan pramuka waktu muda dulu.
c. Komunikasi antar pelaku bisa pakai handy talky atau ponsel bukan?
d. Yang terpenting dalam menggambar dengan pola tersebut adalah kita dapat menentukan lokasi secara matematis.
e. Gambar tersebut hanya 1 dimensi jadi tidak perlu repot melakukannya bukan? Tidak perlu melukis. Hanya menginjak sudah lebih dari cukup.
f. Tentu perlu adanya koordinasi, setidaknya latihan kecil atau briefing untuk kegiatan tersebut.
9. Satu yang dianggap menarik di Sleman adalah kemampuan membentuk gambar sedemikian. Tapi tanpa mengecilkan arti para seniman yang telah melakukannya di Sleman ini saya telah melakukan pencarian di internet dan menemukan seni yang lebih mempesona, yaitu petani Jepang bisa membuat lukisan pada hamparan padi dengan ukuran yang berkali lipat luas yang di Sleman.
Selain itu dibuat empat warna (hijau, kuning, putih dan coklat), semua itu bukan di cat tapi memang jenis tanaman tersebut pada dasarnya memiliki 4 warna. Hebatnya gambar tersebut tidak dengan unsur bentukan dasar, melainkan benar-benar bagai lukisan profesional.