11 Des 2011

Pengolahan Tanah Tanaman Tebu

Mempersiapkan Lahan/Tanah (Land Preparation)



Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan tanah agar dapat menjadi media yang baik sehingga menciptakan kondisi pertumbuhan tanaman tebu yang sehat dan normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan lahan (land preparation) adalah sebagai berikut.


  1. Brushing merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memotong tunggul dan sampah guna memudahkan pembajakan, dan meratakan tanah, serta mencacah sampah yang tidak terbakar. Kegiatan ini dilakukan pada areal tanaman ratoon yang akan dibongkar atau areal yang akan ditanami kembali (replanting cane). Indikator brushing yang baik adalah semua tunggul dan sampah terpotong sehingga tanah menjadi rata. Brushing dilakukan dengan menggunakan implement berupa piringan (disc) harrow Ku Lin atau Baldan yang ditarik oleh traktor medium 140 HP. Kapasitas kerja yang mampu dilakukan oleh alat ini yaitu 0,9 ha per jam. Tanah yang telah di-brushing dibiarkan selama 3 - 7 hari untuk mematikan biji-biji gulma.
  2. Pembajakan atau Ploughing merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk membalik dan menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah. Selain itu pembajakan berguna untuk memutus perakaran tumbuhan pengganggu serta mencacah tunggul atau tonggak pertanaman tebu sebelumya. Kedalaman pembajakan sekitar 35 - 40 cm. Arah pembajakan menyilang dari arah barisan pertanaman tebu yang lama dan membentuk sudut dengan deviasi maksimum 30o dan dilakukan bajak pinggir dengan 6 - 7 ancakan. Jika ada alang-alang harus di-spraying terlebih dahulu 10 - 14 hari setelah tebang, kemudian dilakukan brushing 10 - 14 hari setelah aplikasi spraying. Tanah dibiarkan terbuka selama 4 - 7 hari setelah dilakukan ploughing untuk mematikan biji-biji gulma. Implement yang digunakan berupa moldboard plough Ku Lin jumlah point 3 pcs dengan sudut mata bajak yang sejajar, dan ditarik oleh traktor medium 140 HP. Traktor berputar ke arah kanan, pada saat bekerja ketinggian mata bajak sejajar, dan traktor tidak boleh berputar di jalan.
  3. Harrowing pada umumnya dilakukan setelah plough (pembajakan). Tujuan dari kegiatan harrowing ini yaitu untuk meremahkan tanah setelah dibajak sehingga tidak ada lagi bongkahan tanah. Jika masih ada bongkahan tanah maka pengerjaan kegiatan berikutnya tidak akan berjalan dengan lancar. Arah kerja memotong tegak lurus arah bajak dan roda harrow harus diangkat. Implement yang digunakan yaitu harrow 28 disc yang ditarik dengan tenaga traktor bertenaga 140 HP. Kedalaman olah tanah dari kegiatan ini adalah 15 - 25 cm. Masalah yang sering muncul dalam kegiatan ini adalah tanah setelah digaru masih memiiki bongkahan besar dan tidak cocok untuk pertanaman. Untuk mengatasi hal ini maka penggaruan sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali sehingga terbentuk tanah yang remah dan memiliki kandungan banyak oksigen, aerasi baik dan tanah menjadi optimal untuk pertumbuhan tanaman. 
  4. Kegiatan track marking dilakukan setelah harrowing selesai. Tujuan kegiatan ini adalah membuat alur tanam sementara, membuat guludan dengan jarak antara pusat ke pusat 1,85 m, dan membuat jalur untuk masuknya kendaraan (traktor dan truk) ke areal pertanaman. Arah track marking harus sesuai dengan kontur atau topografi dan kedalamannya > 35 cm. Jika areal datar, arah track marking sesuai dengan arah sinar matahari, yaitu dari timur ke barat. Operasional track marking harus overlap. Pembuatan track marking harus dikerjakan pada kondisi kadar air tanah kapasitas lapang. Jika musim kering, pembuatan track marking harus dimulai dari daerah yang dekat dengan sumber air. Jika areal miring > 5 % maka wajib dibuat kontur bank menggunakan disc plough. Implement yang digunakan berupa disc Ku lin berjumlah 12 pcs yang ditarik oleh traktor medium berkekuatan 140 HP. 
  5. Kegiatan ripping bertujuan untuk memecah dan menggemburkan lapisan tanah kedap air dan sebagai reservoir air. Cara kerjanya dengan mengikuti alur track marking dan dibuat di dasar track marking. Kedalamannya merata yaitu mencapai sekitar ≥ 40 cm (diukur dari dasar track marking, kecuali untuk areal miring, kedalaman tidak sampai tepi petak, yakni 1 m sebelum tepi petak implement sudah diangkat (mencegah erosi). Implement yang digunakan berupa ripper dengan jumlah point 2 yang ditarik oleh traktor medium 140 HP. Alur yang dibuat tidak boleh berkelok dan tetap diusahakan selurus mungkin serta mengikuti arah track marking. 
  6. Furrowing dan pemberian pupuk basalt merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membuat alur tanam dengan jarak antar alur 50 cm, kedalaman kasuran 30 cm, dan kedalaman alur tanam > 35 cm, serta menempatkan pupuk basalt secara merata sebagai nutrisi awal tanaman di alur tanam. Cara kerjanya dengan mengikuti arah track marking yang telah di-ripping, dan menggunakan pupuk basalt yang kering dan sesuai dosis. Implement yang digunakan yaitu furrower dan basalt Ku Lin dengan jumlah terra sebanyak 4 pcs yang ditarik oleh traktor medium 140 HP. Secara sederhana dapat diterangkan bahwa pemupukan berimbang pada dasarnya memberikan pupuk kepada tanah sesuai dengan yang diperlukan oleh tanaman, dengan mempertimbangkan kemampuan tanah dalam penyediaan hara, baik berasal dari hara asli tanah ataupun dari hara residu pupuk, untuk dapat menghasilkan panen yang optimal. Oleh karena itu (tanpa harus menafikan hasil penelitian pemupukan), analisis tanah untuk mengetahui tahana (status) hara di dalam tanah merupakan hal yang penting dalam pemupukan berimbang. Ada dua hal penting dalam pemupukan berimbang yaitu :(1) hara yang diberikan kepada tanah melalui pupuk tidak terbatas pada hara N, P, K saja, tetapi mencakup semua hara makro dan mikro esensial yang lain, dan (2) macam hara dan takaran yang diberikan melalui pupuk tergantung tahana hara di dalam tanah. Dengan pemupukan berimbang diharapkan ketimpangan neraca hara di dalam tanah dapat dihindari.

 
Dalam praktek budidaya tebu memang sudah sejak lama mengaplikasikan pupuk N, P, dan K, namun keputusan pemberian hara N, P, dan K tersebut kebanyakan tidak mempertimbangkan tahana hara di dalam tanah. Oleh karena itu saran takaran pupuk seringkali bersifat umum, tidak spesifik lokasi, sehingga tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah. Pencapaian tingkat efisiensi pemupukan yang rendah selain disebabkan takaran pupuk yang bersifat umum, juga mungkin dikarenakan sudah terjadi kekahatan hara mikro di lahan pertanaman tebu. Kekahatan hara mikro dapat terjadi karena selama ini terjadi pengurasan hara mikro yang terus menerus melalui hasil panen, tanpa ada usaha pengembalian melalui pupuk mikro, terjadi perubahan reaksi tanah sehingga hara mikro menjadi tidak tersedia, dan dapat juga terjadi karena antagonisme dengan hara yang lain.

Harus diakui bahwa perhatian akan hara mikro masih sangat rendah, tidak saja terjadi pada para pekebun yang berpengetahuan nisbi rendah, tetapi juga terjadi pada para penentu kebijakan yang berpengetahuan nisbi lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan untuk memproduksi pupuk buatan anorganik yang hanya mengandung hara makro saja. Ada 4 hara esensial mikro yang ditengarai mulai menjadi masalah (terjadi kekahatan) pada lahan pertanaman tebu di Jawa yaitu : Fe, Zn, Cu, dan B. Besi dibutuhkan dalam sintesis kloropil dan protein. Oleh karena kloropil merupakan bahan yang terlibat di dalam proses fotosintesa, maka akibat akhir dari kekahatan Fe akan dapat menurunkan kadar gula di dalam tebu. Hara Zn ikut berperan untuk mengaktifkan ensim sucrose synthetase, ini berarti Zn ikut menentukan kadar gula yang dapat diperoleh. Kekahatan Zn juga akan menyebabkan penundaan saat kemasakan. Peranan Cu dan B yang berhubungan dengan kadar gula adalah keterlibatannya dalam proses metabolisme karbohidrat. dan transportasi gula melalui membran.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Chabbs 69 | Bloggerized by Tyo Fadill - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons